Sebuah Keresahan akan Bahaya Sebuah Ketakutan

Persib menang! 3-2. Bojan Malisic dengan gagahnya menyundul bola di menit terakhir babak kedua. What a "killing the game" goal. Akhirnya setelah bertahun-tahun tidak bisa mengalahkan rival abadinya, Persija Jakarta, Bobotoh kembali bersuka-cita. Mereka merayakannya sambil berpesta pora. Aku sebagai penduduk asli Jawa Barat yang setiap kali Persib main selalu mantengin layar laptop untuk sekedar streaming pertandingan juga ikut senang.

Namun di antara luapan kebanggan itu, sesuatu telah terjadi. Dikabarkan beberapa suporter Persib yang dikenal dengan nama Bobotoh dan Viking menganiaya seorang pendukung kesebelasan lawan. Tak tanggung-tanggung, sampai tewas di tempat kejadian. Akibatnya, aroma balas dendam kembali menyeruak kental di tengah persaingan papan atas Liga 1 Indonesia.

Untungnya, pertandingan kemarin adalah pertandingan terakhir antara Persib VS Persija di musim ini. Kedua kesebelasan tidak akan bertemu lagi sampai musim depan. Namun ketenangan belum bisa dirasakan. Persoalan kembali merembet kepada sikap saling balas serangan. Bobotoh yang berdomisili di Ibu Kota diteror habis-habisan. Sweeping mobil plat D dilakukan. Memang, sejak lama, Bobotoh dan Jak Mania sudah sama-sama menyimpan dendam.

Di antara kabar duka yang masih berselimut setiap headline berita olahraga, ada satu hal yang terus-menerus menggangguku sekian lama. Sebuah video yang menayangkan detik-detik kejadian pembunuhan  penganiayaan beredar luas di setiap timeline social media, di setiap status WA. Tanpa sensor, semua terbuka apa adanya. Setiap tetes darah, setiap teriakan amukan, dan setiap kata makian seolah terekam sedetil-detilnya.

Bagi sebagian orang mungkin video seperti ini terlihat amat biasa. Gelontoran darah keluar dari tubuh manusia. Lumrah, sudah itu saja. Mereka menganggap objek kamera mereka selayak hewan yang disembelih saat Idul Adha, bukan manusia. Layak direkam dan disebarluaskan di berbagai media.

Untukmu para penyebar video/foto yang "mengganggu", baik itu korban kekerasan atau kecelakaan: Tidakkah kalian merasa berdosa? Banyak orang yang terganggu oleh postinganmu. Tidak semua orang nyaman ketika melihat darah. Mungkin darah hewan masih bisa, tapi ini beda. Ini DARAH MANUSIA. MANUSIA. SESAMAMU!

Ada orang di luar sana yang tidak bisa tidur setelah melihat foto atau video yang mempertontonkan kehancuran tubuh manusia. Ada yang pikirannya terganggu setiap hari. Ada yang terus-menerus terpikirkan akan hal yang sama. Hingga yang terburuk: TRAUMA!

Jujur saja, aku sudah muak dengan orang-orang yang menyebarkan video/foto para korban kecelakaan atau tindak kekerasan. Apalagi yang ketika direkam, tubuh korban sudah bersimbah darah, hancur mengenaskan. Sangat-sangat tidak pantas untuk dipertontonkan di muka umum atau di media sosial.

Pertanyaanku sederhana. Apa sih yang loe dapat dari kegiatan menyebar konten-konten semacam itu? Ketenaran? Atau Pujian? "Wah kamu hebat ya, bisa tahan dan nggak takut lihat video-video seram kaya' gitu. PEMBERANI!" Kemudian loe serasa terbang karena setiap pujian. TOLOL!

Teman loe MATI kecelakaan atau dikeroyok orang nggak dikenal. Loe rekam kemudian videonya loe sebarkan. Dimana nuranimu? Korban yang nyawanya sedang meregang kau jadikan hiburan. Temanmu yang ketakutan akibat menonton videomu kau jadikan sebuah pencapaian. KEJI!

Pernahkah kau bayangkan jika konten semacam itu ditonton anak di bawah umur? Yang masih belajar sesuatu dari lingkungan. Yang menyerap segala tontonan sebagai sebuah tuntunan. Tegakah kau menjangkitkan kekerasan? Tegakah jika anak itu tumbuh dengan keberingasan akibat apa yang "secara tak sengaja" kautanamkan?

Mungkin kau berkilah: "Aku kan hanya menyebarkan berita sebuah kejadian. Jadi semua orang bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi." Well, tidak cukupkah sebuah berita dikabarkan tanpa harus dibubuhi gambar/video yang mengerikan? Cobalah sesekali posisi orang-orang traumatis itu kaupikirkan. Bagaimana rasanya tidur dalam ketakutan. Hidup dalam rasa ngeri berkepanjangan. Tak kah kau sejenak bisa bayangkan?

Cukup. Semuanya harus kusudahi. Semua ini hanya opini atas apa yang selama ini mengganggu nurani. Sekali lagi kutekankan: untukmu yang memiliki video/foto berisi konten kekerasan atau korban kecelakaan, sebelum memutuskan untuk menyebarkan, cobalah untuk sejenak memikirkan. Tanya hati nuranimu, adakah orang yang dirugikan? Jika terpaksa mempertontonkan, setidaknya SENSOR bisa jadi sebuah solusi yang bisa diterapkan.

Salam.
Apep Wahyudin

3 comments:

  1. Masuk pak eko.
    Sekarang sudah jaman mengacungkan smartphone untuk meminta tolong di medsos dibanding menggulungkan baju untuk menolong dengan tangannya sendiri.
    Dulu istilah lari dari kenyataan hanyalah kiasan. Sekarang bisa direalisasikan dengan adanya dunia virtual.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudahkah kamu lari dari kenyataan hari ini?

      Thanks for visiting BTW :D

      Delete
    2. I tried. Tapi kenyataan selalu menghalangi. Nice post 👌👌

      Delete