Hari Pertama Kuliah

Terbangun dari tidur yang selalu membuai manusia dalam kisah-kisah fiktif. Kembali masuk kelas, kembali pada realitas. Bahwa aku masih seorang mahasiswa yang perlu lulus dengan cara yang nggak selalu mulus. Bahwa aku masih harus terus mengejar nilai A yang nampak selalu lebih menarik dibandingkan mantan yang kian hari makin cantik.

Terima kasih Tuhan,
Oksigen yang kau sediakan secara cuma-cuma masih segar rasanya pagi ini. Entahlah kalau sudah siang, aku tidak terlalu yakin.

Terima kasih Tuhan,
Atas kehangatan cinta seorang ibu yang jauh lebih layak menyandang gelar Wonder Woman daripada Gal Gadot dengan kemampuan supernya. Cintailah dia!

Terima kasih Tuhan
Atas seduhan secangkir kopi hangat di antara dinginnya peluk yang dulu pernah kunikmati pula. Terima kasih atas mahakarya dengan segala filosofinya. Kudo'akan, semoga setiap nyawa yang terlibat dalam penciptaan kopi selalu mendapat cinta dariMu.

Terima kasih Tuhan
Walaupun dengan suka duka mahasiswa yang seringnya meringis dengan kuliah dan tugas yang sadis, kelasku masih tetap sangat menyenangkan. Terima kasih telah Kau anugerahkan rekan-rekan seperjuangan yang tak hanya ramah, namun juga hebat di bidangnya masing-masing. Terima kasih atas takdir yang telah mempertemukan kami.

Terima kasih Tuhan
Beasiswaku lancar. Ini juga yang menjadi alasan aku bangun sesemangat ini.

Terima kasih Tuhan
Atas seseorang yang selalu ada, pernah ada, dan telah tiada. Orang-orang yang silih berganti singgah di hati. Kini, semoga mereka yang telah pergi mendapakan tempat menetap yang lebih aman di hati yang lebih nyaman. Untukmu yang selalu ada, tetaplah ada.

Terima kasih Tuhan
Atas segala cinta dari setiap penjuru semesta.

Memandang Kopi Dari Sisi Filosofis

Seorang guru yang bijak pernah memberiku iming-iming keindahan surga. Katanya, surga dialiri sungai dengan empat jenis air, yaitu: Air tawar, Susu, Madu dan Arak. Munculah sebuah pertanyaan dariku: Mengapa tidak tambah sungai kelima yang dialiri kopi? Ia tergelak. Aku bengong tanpa suara. Dalam benakku, mungkin Tuhan memilih untuk berbaikhati dengan memberi kesempatan pada penduduk bumi untuk mencecap setetes rasa surga.