PEMIKIRAN YANG SEDERHANA

Hari itu saya putuskan untuk mencukur rambut saya. Maklum, saya tidak terbiasa dengan rambut gondrong. Tidak ada yang salah dengan rambut gondrong. Mungkin ini faktor didikan orang tua saya saja. Panjang sedikit, geli sudah rasanya kepala saya ini.

Kebetulan saya tidak sendirian. Saya berhasil menghasut teman satu kontrakan saya untuk bercukur juga. Tidak perlu jauh-jauh, kita langsung berangkat ke sebuah tempat pangkas rambut di sekitar kontrakan saya. Bukan salon, apalagi tempat cukur mahal dimana elu bisa bikin gaji sebuan loe cuma lewat sesaat di dompet. Hanya tempat cukur biasa, sederhana. Terpampang daftar biaya cukur yang saya kira cukup masuk akal demi sebuah penampilan rapi seorang mahasiswa (anak kost).

Alhamdulillah, rezeki bagi si abang tukang cukur. Hari itu cukup banyak pelanggan yang antri. Setidaknya terlihat banyak jika dibandingkan dengan luas ruangan tempat bercukur kami. Sambil menunggu antrian ya apalgi yang bisa dilakukan selain ngobrol sana-sini. Sama halnya dengan si abang tukang cukur yang terlihat akrab berbincang ringan dengan seorang om-om yang kayaknya lebih mirip bapak saya jika dilihat dari umurnya.

Saya sempat menangkap beberapa percakapan dua pria ini. Sempat pada suatu saat si om-om membahas tentang kekalahan partai politik yang katanya sih berbasis agama Islam. Miris memang, disaat kita sadar bahwa hampir 87% warga negara Indonesa beragama Islam, namun partai politik berbasis Islam malah K.O. Si abang tukang cukur ini membalas komentar si om-om dengan senyum tanggung. Dia berkata "Mungkin karena partainya beraliran Muhmammadiah." Semakin asyik ketika si om-om bertanya kepada si abang tukang cukur. "Terus abang alirannya apa? Muhammadiyah atau NU?" Dengan tegas dan setengah bergurau si abang tukang cukur itu menjawab. "ISLAM SAYA MAH. SIAPA YANG PEDULI? SAYA MAU BERALIRAN APAPUN ITU TERSERAH SAYA. DI AKHIRAT PUN TIDAK AKAN DITANYA 'ANDA MUHAMMADIYAH ATAU NU?'.

WOW. Satu kata yang pertama kali terbersit dalam hati saya ketika mendengar jawaban tersebut. Kata-kata itu datang bukan dari pejabat, bukan dari Ustadz apalagi dari presiden. Tukang cukur yang saya yakin bukan lulusan perguruan tinggi mampu berargumen seperti itu.

Akhirnya silahkan ambil kesimpulan sendiri. Saya buka ahli agama. Silahkan telaah sendiri maksud si tukang cukur tersebut.

Pemikiran yang sederhana itu tidak sederhana.
-Syntax

Pagi Ini 22 Maret 2015

Pagi ini dingin,
Sedingin tangan besi berkarat penguasa
Yang sudah siap menggantung setiap pemberontak
Asal ketukan palu berbunyi di meja hijau

Pagi ini cerah
Secerah hati bahagia para tikus got
Keluar dengan dasi dan parfum melatinya
Semerbak, seperti bau orang yang baru mati pagi ini

Pagi ini aku bangun sendirian
Berhadapan dengan penuntut umum
Tanpa pengacara,
Dan semua orang tahu

Pagi ini aku sarapan enak sekali
Sepiring roti isi omong kosong
Seharga satu triyun rupiah
Yang harus disumbangkan kepada fakir miskin
BERDASI.

- Wahyudin

Untuk Orang Gila

UNTUK ORANG GILA...
BAWA AKU DENGAN MESIN WAKTU
KEMBALI KE MASA GILAMU
MASA GILA KITA
GILA KITA BERARTI SEGALANYA

UNTUK SANG PROFESOR GILA
AKU TAK TAHAN DENGAN KEGILAANMU
SEBUAH PELANGI TERLUKIS BUKAN KARENA HUJAN
TAPI OLEH KEGILAANMU

YANG MULIA ORANG GILA
KINI KAU ENTAH DIMANA
AKU GILA SENDIRI, TERLIHAT SEPERI GILA
DENGANMU, GILAKU BERARTI NORMAL

APA KAU MASIH GILA?
ATAU KAU SUDAH BERTEMU ORANG GILA LAIN?
DISINI AKU GILA TANPAMU