Maret

Maret beberapa tahun lalu.
Aku telah lama tahu, saat itu akan tiba.
Ya, sebatas itulah mungkin apa yang terlintas di pikiran seorang anak 13 tahun yang baru menduduki bangku SMP. Aku terlalu belia untuk mengerti segalanya.

Belumlah aku tahu apa itu harapan. Seberapa besar hal itu bisa membuat seorang manusia tak berhenti berusaha, berdo'a hingga apa yang diidamkannya terwujud.

Aku yang terlalu belia untuk mengerti

Saat itu aku tidak sedang bersamamu. Atau hanya sekedar terpikir untuk menemanimu barang sejenak. Ya, aku tahu saat itu aku terlalu belia untuk terpikirkan hal kompleks seperti itu. Kalaupun itu kulakukan, terlambat sudah.

Hanya hitungan langkah, pelangi terbalik tak lagi terbalik. Berganti langkah kaki yang semakin kencang, nafas yang semakin rapat dan pikiran yang mulai melayang entah kemana.

Palang pintu menjadi saksi sebuah ledakan air mata. Sebuah bom waktu yang akhirnya meledak di depan pintu. Amarah, kecewa, kesedihan sedalam-dalamnya dan penyesalan semua keluar dalam satu bentuk, TANGIS.

Hanya sesaat. Penyesalan tak terbayarkan, seiring rintik hujan yang semakin lama menjadi rangkaian halilintar.

Aku bertakbir di depanmu, sebuah karya Tuhan yang kini tak lagi sempurna.
Selamat jalan.
Dari anak kecilmu yang kini menyesali kepergianmu.

#WangsaPutera
#ApepWahyudin

No comments:

Post a Comment