Seperti Biasa

Buku lagi.
Seperti biasa hehehe. Sekarang tentang apa? Entah. Aku belum pernah baca. Bahkan, kalau kau tak pernah mengajakku nonton filmnya tempo hari, aku tidak akan tahu bahwa ada cerita seharu itu. Aku bahkan tak pernah tahu bahwa film itu asalanya adalah sebuah buku.

Kata orang, jangan melihat buku dari sampulnya. Kataku, kalimat itu ada salahnya. Buktinya, sekarang aku membeli buku bukan karena isinya, tapi karena judul yang tertera pada sampulnya. Iya. Seperti berjudi. Aku menganggap buku itu bagus sehingga ia bisa kau genggam saat ini.

Aku percaya, orang yang memilih buku berdasarkan sampulnya tidak selalu bisa dikatakan salah. Proses itu selayaknya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Seperti aku yang jatuh cinta kepadamu pada kenyamanan yang perdana.

Tapi, sudahlah. Kalimat sebelumnya pasti sudah sering kau dengar. Harusnya memang tidak diulang-ulang karena bisa jadi teramat membosankan. Hari ini bukan tentang itu. Hari ini bukan tentang aku. Hari ini adalah tentang kamu. Orang yang sedang berbahagia karena tepat hari ini, dua puluh empat tahun hidupmu telah berlalu.

Tidak ada kalimat yang terlalu istimewa. Standar lah. Biasa-biasa saja. Setiap orang yang menyayangimu juga pasti mengucapkan hal yang sama. Namun, tak ada salahnya, kan aku mengatakannya juga? Tidak secara langsung, aku tahu. Hanya lewat secarik kertas yang kukirimkan bersama buku ini karena kalau dalam bentuk lisan, mulutku biasanya terlalu kaku untuk dapat mengungkapkan.

Jadi, melalui surat ini kuucapkan: Selamat ulang tahun. Do’aku standar saja, lah ya. Sengaja. Biar sama dengan orang kebanyakan. Supaya aamiin-nya bisa bersamaan. Semoga panjang umur, sehat selalu, tetaplah menyenangkan untuk dicintai semua orang.

Tetaplah menjadi kamu, wanita bermata sayu dan selalu memberi keteduhan. Aamiin.

No comments:

Post a Comment